Matahari-ku

Sepertinya matahariku, perlahan menjauhi buminya, seperti rembulan, yang tak pernah melintasi siang. Sepertinya ombakku, berkayuh manjauhi pantainya, seperti bintang, yang tak pernah menyapa matahari. Kembali aku duduk di labuhan, menunggu ombakku kembali, menyapu kakiku, yang tertutup oleh pasir. Dan kembali aku menoreh pesan, di alaskan pasir pantai, namun.. belum juga terbaca matahariku, laut-pun menghapusnya.... seakan tak rela aku menyapanya. matahariku,....kemana kau berputar? mengelilingi bumiku kah? atau hilang tak tertampak?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

2 comments:

... said...

Alhamdulillah, moga buku2 itu bisa memberikan inspirasi pada Isha agar semangat dalam hidup dan memberi kebaikan pada diri sendiri dan orang lain. Amin.

Ya, ibarat puisi Isha ini, Matahari memiliki cahaya (redaksi Quran=Nuur) sendiri dan memancarkan cahayanya dari dalam, berbeda dengan cahaya bulan (redaksi Qur'an=dhiya') yang sebatas memantulkan cahaya matahari sebab bulan tidak punya cahaya dari dalam eksistensinya.

jadilah bulan untuk bumi, menerangi sudut2 malam yang gelap, tanah-tanah yang kering dan menghantam lautan agar pasang-surut sesuai kodratnya. Akhirnya, langit akan mencurahkan hujan pada tanah-tanah yang kering itu.

sukses untuk Isha.
Wass.
B.

... said...

Alhamdulillah, moga buku2 itu bisa memberikan inspirasi pada Isha agar semangat dalam hidup dan memberi kebaikan pada diri sendiri dan orang lain. Amin.

Ya, ibarat puisi Isha ini, Matahari memiliki cahaya (redaksi Quran=Nuur) sendiri dan memancarkan cahayanya dari dalam, berbeda dengan cahaya bulan (redaksi Qur'an=dhiya') yang sebatas memantulkan cahaya matahari sebab bulan tidak punya cahaya dari dalam eksistensinya.

jadilah bulan untuk bumi, menerangi sudut2 malam yang gelap, tanah-tanah yang kering dan menghantam lautan agar pasang-surut sesuai kodratnya. Akhirnya, langit akan mencurahkan hujan pada tanah-tanah yang kering itu.

sukses untuk Isha.
Wass.
B.