Showing posts with label perjalanan. Show all posts
Showing posts with label perjalanan. Show all posts

Bertemu kawan Lama di HAL-BIL

Tanpa terasa, lebaran kembali bergulir, tahun sudah berganti yang berarti acara tahunan halal bihalal kembali digelar di Himapala. Sudah menjadi hal yang rutin acara ini dilaksanakan tiap tahun. Selain sebagai ajang temu kangen antar anggota senior, anggota baru, berbagi cerita dan pengalaman. Dan yang pasti saling memamerkan keahlian junior-nya sendiri-sendiri hehehehe........
Ya, baru aku sadari ternyata serasa baru kemarin aku menjadi anggota senior. Mungkin itu karena jiwa yang selalu muda, karena ngumpulnya bareng yang muda-muda terus.... Dan ternyata teman-teman seangkatan yang dulu sama-sama aktif waktu berlatih panjat, ascending-descending atau dayung sekarang sudah sama-sama membawa junior-nya masing-masing, yang juga ga kalah aktifnya sama bapak-ibunya.
Lama tak berjumpa dengan "wong suwek-suwek" and temen-temen, ternyata tak banyak yang berubah. Mereka masihlah pribadi yang sama dengan guyonan khas mereka. Meskipun situasi di Himapala sendiri sedikit berubah, kepedulian mereka masihlah sama.
Aku jadi teringat beberapa tahun silam, ketika aku menjadi anak baru di Himapala. Saat itu, Himapala bagiku adalah hal yang betul betul baru, lingkungan baru, teman baru dan kegiatan baru dari aku yang dulunya tidak begitu aktif di organisasi. Karenanya aku begitu antusias, meskipun alasan utamaku gabung di Himapala adalah karena aku suka naik gunung. Ternyata, tak sangka disini aku mendapatkan banyak hal, mulai dari tersalurkannya hobi naik gunung-ku, aku punya banyak teman positif tidak dari Himapala sendiri tapi juga dari berbagai daerah, aku belajar tentang administrasi, surat-menyurat dan mengurus ijin-ijin ke instansi, belajar tentang organisasi dan yang paling penting bagiku, Himapala membantuku membentuk kepribadian. kalau aku berpendapat pekerjaanku sekarang didukung 90% dari pengalaman berorganisasi-ku di Himapala.
Itulah kenapa perasaanku selalu menjadi bagian dari Himapala meskipun tak lagi aktif kuliah disana masih melekat, apalagi ketika bertemu temen-temen lama, cerita selalu mengalir dan tak pernah bosan meskipun berkali - kali diulang. Bangga-pun juga ketika mengenalkan Himapala pada si kecil, berharap dia nantinya akan dapat pengalaman yang terbaik juga. Salam Lestari!!!! (to be continue nunggu HUT Himapala)
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

SANGGAR ALANG-ALANG

Sanggar Alang-Alang,-- nama yang tidak asing ditelinga dan mudah diingat, khususnya warga kota Surabaya, meskipun kita tidak tidak begitu mengenalnya. Sanggar Alang-Alang adalah suatu rumah singgah yang dibentuk untuk mewadahi komunitas anak-anak terlantar; anak-anak yang banyak menghabiskan waktu dijalanan, ataupun anak-anak yang tidak mampu. Didirikan pada tanggal 16 April 1999, oleh seorang budayawan, seniman, wartawan senior TVRI Surabaya yaitu Didit Hari Purnomo atau lebih dikenal dengan nama Didit Hape. Dan sampai saat ini terhitung sudah kurang lebih 261 anak yang dibina disana, dengan status aktif kurang lebih 158 anak, karena pada umur 18 tahun keatas sudah diwajibkan keluar. Rumah singgah yang berlokasi di area terminal Joyoboyo Surabaya ini, banyak memberikan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengubah citra anak – anak jalanan, dimana banyak orang beranggapan bahwa mereka hanyalah sekelompok pengacau. Didit Hape sendiri tidak mau menyebut mereka sebagai “anak jalanan”, tapi lebih pada sebutan “anak negeri”, yang baginya setiap anak negeri wajib mendapatkan hak mereka akan sebuah penghidupan dan pendidikan yang layak. Beliau berprinsip sesuai dengan amanat UUD 45, baginya kalau ada pegawai negeri yang dipelihara negara (pemerintah), berarti anak negeri-pun harus mempunyai kesempatan yang sama. Meskipun pada kenyataannya masihlah belum berjalan. Kecenderungan yang terjadi justru mereka dirazia, dan setelah itu kembali dilepaskan di jalanan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan di Sanggar Alang-Alang, banyak diutamakan untuk menggali potensi ataupun bakat. Selain life skill, mereka juga diajarkan tentang musik, perpustakaan, tata karma, agama dan budaya. Sehingga diharapkan mereka mampu memaksimalkan bakat-bakat mereka, memahami bagaimana harus bersikap ditengah-tengah masyarakat, dan menumbuhkan pikiran positif di diri mereka bahwa mereka mampu berhasil dalam kondisi bagaimana-pun. Kegiatan itu sendiri akan dimulai pukul 3 sore setelah ashar dan berakhir sebelum maghrib. Tidak tanggung-tanggung, untuk menyalurkan bakat berkelahi, Sanggar Alang-Alang juga mempunyai sasana tinju, bernama Alang-Alang Boxing Club yang didirikan pada Januari 2006 diresmikan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault. Memang tidak mudah bagi sosok Didit Hape untuk merintis berdirinya rumah singgah ini, namun semuanya itu terhapuskan dengan begitu banyak prestasi dan penghargaan yang mampu diraih baik dari pemerintah, lembaga sosial maupun perusahaan swasta. Dan saat ini, Sanggar Alang-Alang sedang mencoba menggerakan program baru yang sasarannya adalah anak perawan (perempuan rawan), bagi perempuan-perempuan yang rawan trafficking, gadis-gadis desa yang diperjualbelikan ataupun pembantu rumah tangga. Dengan metode mobile school, mereka mencoba mendatangi dan mendekati perempuan rawan tersebut dengan hati. Dan hasilnya, tercatat ada kurang lebih 90 PRT yang menjadi keluarga Sanggar Alang-Alang. Ya, tidak lepas dari peran seorang Didit Hape dibalik Sanggar Alang-Alang, yang membuka mata kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Satu sosok yang patut dicontoh tentang kepeduliannya terhadap sesama, kepeduliannya pada nasib anak bangsa yang diwujudkan pada suatu tindakan nyata. ishaa, dari berbagai sumber) Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ON ROAD IN JOGJAKARTA

Catatan perjalanan 2 hari di kota Yogyakarta by bike Sudah lama sekali keinginan untuk berkeliling kota Jogja dengan bersepeda akhirnya terwujud juga. Berkenalan dengan kota Jogja melalui bersepeda gunung ternyata menimbulkan sensasi tersendiri, selain lebih mampu menjelajah ke daerah-daerah yang tersembunyi juga lebih merasa dekat dengan kota itu sendiri. Jogjakarta yang cukup dikenal sabagai salah satu daerah pariwisata yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya. Jogja merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. . Jogja juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra. Selain warisan budaya, Jogja memiliki panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dengan mudah ditemukan di sebelah selatan Jogja.
Atmosfir seni begitu terasa di Jogja. Malioboro, yang merupakan urat nadi Jogja, dibanjiri barang kerajinan dari segenap penjuru. Musisi jalanan pun selalu siap menghibur pengunjung warung-warung lesehan. Perjalanan ini dimulai dari Surabaya, stasiun wonokromo tanggal 4 Juli 2008, kami memilih kereta api kelas ekonomi, karena selain menghemat biaya, satu-satunya kereta api yang mau mengangkuti sepeda gunung kami hanyalah kereta api ekonomi. Akhirnya kami memutuskan untuk naik kereta api pasundan pukul 06.00, dengan biaya Rp 50.000,- per orang plus sepeda, akhirnya kami berangkat juga ke kota Jogjakarta. Namun karena tidak disediakan kereta barang, maka kami meletakkan sepeda-sepeda kami diantara gerbong dekat pintu masuk. Cukup merepotkan juga karena akhirnya kami harus menunggui sepeda kami selama perjalanan menuju stasiun lempuyangan. Pukul13.30 akhirnya tiba juga kami di stasiun lempuyangan, “SELAMAT DATANG DI JOGJA”. Karena siang begitu terik kami memilih beristirahat sejenak di musholla stasiun, sebelum memulai perjalanan. Pukul 14.00 kami pun mulai beranjak keluar dari stasiun dan yang kami tuju pertama adalah mencari tempat untuk mengisi perut, tidak begitu jauh, masih di sekitar area stasiun. Pukul 14.30 kami mulai bersiap-siap menjelajah kota Jogja dengan tujuan selanjutnya mencari penginapan di daerah Sosrokusuman. Segera saja kami buka peta kota Jogja yang sudah kami persiapkan dari awal. Kebetulan aku satu-satunya yang mahir membaca peta (hehehehehh), jadi lembar peta aku lipat tepat dibagian daerah saat itu kami berada. Aku pasang di setang sepeda dan melajulah kami mengikuti peta. Tidak begitu sulit, karena menurut peta daerah Sosrokusuman ada di dekat kawasan Malioboro dan itu juga tidak begitu jauh dari stasiun Lempuyangan. Ternyata Sosrokusuman adalah nama gang yang didalamnya adalah kawasan penginapan. Begitu banyak penginapan disana mulai dari tariff ratusan ribu per hari sampai yang termurah yang kami tahu sekitar Rp 40.000. Kami memilih seharga Rp 50.000, dengan pertimbangan, pasti banyak waktu yang dihabiskan di luar penginapan, jadi yang penting bersih serta kamar mandi ada di dalam. Setelah beristirahat sejenak selama kurang lebih 1 jam, pukul 16.00 kami memulai rencana kami. Hari ini kami berencana menuju Alun-alun utara kota jogja, Kraton Jogja, Pemandian Taman Sari (tempat Sultan HB 1 dan 3), Pura wisata, alun-alun selatan dan ditutup dengan jalan-jalan disekitar kawasan Malioboro. Di alun-alun utara tidak banyak yang dilihat, selain berputar – putar dan berpose didepan kraton Jogja, namun di pemandian Taman Sari suasananya begitu berbeda, apalagi kita sampai disana sekitar pukul 5 sore. Taman Sari adalah peninggalan masa Sultan Hamengkubuwono 1 dan 3. Lokasinya sendiri terdiri dari beberapa bagian yang terpisah. Pemandiannya sendiri letaknya tertutup, jadi kami harus melewati jalan sempit yang curam untuk bisa melihat keindahan pemandian dari atas. Pemandian tersebut digunakan untuk selir-selir raja. Ditengah pemandian terdapat menara kecil, yang konon tempat raja “mengintip” selir-selirnya. Disaat itulah raja akan menentukan pilihan bagi siapa yang menemani raja pada malam hari. Di kawasan itu juga terdapat bekas istana yang sayangnya kondisinya sudah rusak berat akibat gempa terakhir yang melanda kota Jogja. Dengan berhati-hati kami mencoba naik kesana. Dari atas istana itu kami bisa melihat keindahan kota Jogja, apalagi dimalam hari, begitu indah. Pada masa kesultanan dulu, tempat itu adalah tempat tertinggi di kerajaan. Dimana ketika menghadap ke selatan akan terhampar keindahan gunung merapi dan sebelah utara adalah lautan (sebelum adanya kota Jogja). Disekitar kawasan itu, masyarakat mayoritas bekerja sebagai pengrajin, mulai dari lukisan, batik, ukir-ukiran dll. Mereka menempati daerah itu secara Cuma-Cuma, dengan syarat rumah atau tanah yang ditempati tidak boleh dibeli atau dijual. Karena masih dianggap hak milik kerajaan. Rute selanjutnya adalah Pura wisata, kami tidak masuk kedalamnya hanya melihat bagian depan, karena ternyata pura wisata adalah semacam tempat hiburan, yang menyajikan acara musik untuk masyarakat setempat. (mungkin seperti Taman Hiburan Remaja Surabaya). Setelah itu kami menuju Alun-alun selatan, menghabiskan penat disana dengan menikmati wedang ronde khas Jogja. (hmm…. Enak…). Acara hari itu kami akhiri dengan berjalan – jalan disekitar Malioboro. Hari kedua, perjalanan kami fokuskan pada situs-situs peninggalan sejarah. Kami berencana menuju kawasan candi. Yang pertama kami tuju adalah candi Pawon. Letak Candi Pawon ini berada di antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut. Menurut catatan yang tertulis, candi Pawon dipugar tahun 1903. Dan kata Pawon berasal dari bahasa Jawa Awu yang berarti abu, dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti dapur. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru). Selanjutnya, kami menuju candi Mendut. Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur. Menurut catatan sejarah yang tertulis disitu, Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venuvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut. Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga. Dan sekarang di depan arca Buddha diletakkan hio-hio dan keranjang untuk menyumbang. Para pengunjung bisa menyulut sebuah hio dan berdoa di sini. Persis di sebelah candi Mendut terdapat vihara Buddha Mendut. Vihara ini dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya adalah sumbangan dari Jepang. Dan tujuan terakhir adalah candi Borobudur, Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang. Yang artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M dan pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem. Perjalanan menuju kawasan candi ini kami mulai pagi hari, pukul 06.00 berangkat dari penginapan menuju terminal Jombor. Karena perjalanan cukup jauh kami memutuskan untuk menitipkan sepeda kami di terminal dan menggunakan bus (perjalanan kurang lebih 1,5 jam). Untuk berkeliling di 3 kawasan candi itu kami menggunakan jasa delman dengan ongkos Rp 30.000,- Dari kawasan ini kami menuju pusat kerajinan perak Kota Gede dan juga melihat masjid tertua disana. Dari terminal Jombor, kami bersepeda lagi menuju Kota Gede. Karena perjalanan lumayan panjang, tepat sebelum maghrib kami tiba. Masjid Kota Gede lebih mirip seperti pendopo, terdapat pintu gerbang ketika memasukinya. Dan dibagian samping dan belakang terdapat bangunan, semacam rumah-rumah dan ruang – ruang atau bale-bale. Dibagian samping terdapat rumah penjaga masjid dan bale-bale tempat raja dan pembesar kerajaan berkumpul. Dan dibagian belakang terdapat makam raja-raja. Setelah merasakan sholat maghrib di masjid tertua, kami kembali ke penginapan untuk berkemas dan menghabiskan malam di Malioboro. Bersiap-siap pulang ke kota Surabaya dengan kereta pertama…………………………………………………… (291008)
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

TERDAMPAR DI GURUN SESAT (kisah perjalanan - 1)

Suatu hari di suatu masa, tibalah perjalananku disebuah gurun. Gurun pasir yang luasnya tak terhingga dan kulihat kenikmatan oase-nya begitu menggoda. Entah mengapa… aku mencoba melangkahkan kaki-ku disana. Aku melihat begitu banyak hal baru yang tidak pernah aku lihat. Ya.. aku mencoba mencari jawaban hidup-ku disana. Dengan langkah cepat, aku segera membawa diriku masuk kedalam dimensi gurun itu. Kucoba mencari oasenya untuk menyejukkan jiwaku. Didalam gurun itu tak kulihat apapun, karena kabut begitu menutupi pandangan-ku. Namun aku tidak takut, karena rasa ingin tahu-ku mengalahkan ketakutanku. Dan aku merasa, bahwa aku akan menemukan satu petualangan baru disana. Sedikit kuseret langkahku, seakan pasirnya menghalangi-ku untuk menjelajahi dunianya. Tekad-ku seakan sudah bulat dan aku memutuskan untuk sedikit menikmati hangatnya matahari gurun. Aku menemui banyak hal disana, banyak kejadian yang tak pernah kualami, kuterima disana. Aku merasa semua orang begitu ramah padaku, setiap yang aku temui selalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ah..aku merasa begitu tersanjung karena tidak seperti dalam perjalananku yang kemarin, semua begitu sunyi. Disini semua orang menawarkan tangannya kepada-ku dan aku begitu menikmatinya. Ketika semakin jauh aku berjalan, aku tidak juga menemukan oase itu, aku mulai merasakan panasnya matahari diatas kepalaku, menguliti jiwaku, membakar habis tubuhku dan hanya menyisakan bayang-bayang-ku. Dalam pikiranku, aku melihat bayang-bayangku berjalan semakin jauh, meneliti sudut-sudut gurun ini. Dalam keadaan jiwa setengah sadar aku berjalan terus mengikuti bayang-bayangku. Sampai aku merasa begitu letih dengan pencarian ini. Kucoba berteriak memanggil bayang-bayangku, namun entah kenapa suara ini tak juga keluar. Begitu jauh melangkah mengikuti pandangan mata pada bayang-bayangku. Langkahku begitu terseok dan tertatih. Jiwa dan pikiranku begitu lelah. Hingga pada suatu waktu aku mendengar bisikan suara ditelingaku. Suara itu berkata,”Heii…. Itu bayangan-mu mengapa kau mengikutinya? Bukankah seharusnya kau yang berdiri didepan bayang-bayang-mu?” Aku tersadar dengan kata-kata itu, “Oh ya, aku terlalu asyik mengikuti nafsu-ku hingga ketika sadar aku melihat diriku,… begitu menyedihkan, jiwaku begitu kusut dan kotor”. Aku menghentikan langkahku, kubalikkan badan-ku, kulihat ada Cahaya putih yang memancarkan sinar begitu terang menyilaukan mata. Kutanya pada Cahaya didepanku, “Masih bolehkah aku mengikuti-Mu?, aku tidak tahu jalanku pulang..” “Masihkah ada pintu yang terbuka untuk aku lewati?...aku begitu lelah dengan semua ini. Bahkan aku tidak bisa mengenali diriku lagi…” “Masih adakah kesempatan itu?” Sang Cahaya tidak menjawab, tapi kurasakan sinar putihNya memendar menerangi gurun, kekuatanNya meniup pasir yang membelenggu kakiku, kehangatanNya mendekap jiwaku yang resah, kasihNya meluruhkan gelisahku. Itulah jawabannya… Andai aku bisa memeluk Cahaya itu, ingin aku tumpahkan seluruh tangis dan sesak penyesalanku. Bawa aku Sang Cahaya….. Karena aku ingin pulang,…… aku harus pulang,…. (dalam perjalanan, 15/08/08)
Mencoba menulis sambil mengingat lagu yang aku suka
Kemanapun aku pergi, bayang-bayangMu mengejar bersembunyi dimanapun, selalu Engkau temukan Aku merasa letih dan ingin sendiri Kutanya pada siapa, tak ada yang menjawab sebab semua peristiwa, hanya di rongga dada pergulatan yang panjang, dalam kesunyian Aku mencari jawaban di laut, kuseret langkah menyusuri pantai aku merasa mendengar sura menutupi jalan menghentikan petualangan Kemanapun aku pergi, selalu kubawa-bawa perasaan yang bersalah datang menghantuiku masih mungkinkah, pintumu kubuka dengan kunci yang pernah kupatahkan Lihatlah aku terkapar dan luka dengarkanlah jeritan dari dalm jiwa AKU INGIN PULANG (Ebiet G Ade)
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Pulau Dewata

Wah.... ternyata jalan-jalan ke Bali, bukan sesuatu yang mahal !, asal kita tahu caranya... masa' sebagai orang Indonesia kalah sama bule2. Disana orang bule seperti ada di negara mereka sendiri, mondar mandir jalan kaki, pake celana pendek, kaos oblong, sandal jepit plus kacamata hitam. (hmmmmm................................................) Sekedar berbagi pengalaman (mungkin aja berguna...), ada beberapa hal yang perlu kita ingat kalo kita mau berlibur ke Bali: 1. Bawa peta pulau Bali dan kota Denpasar (plus Kuta) 2. Jangan takut untuk mencoba hal baru 3. n jangan takut untuk menawar apabila membeli sesuatu. Ini pengalaman terakhir pada bulan Desember kemarin, sebelum berangkat persiapan cari informasi seputar Bali dan merencanakan tempat2 apa aja yang mau dikunjungi, perlu juga kita cari penginapan yang murah bisa booking lewat telepon. Waktu itu kami bermalam di penginapan Ronta Bungalow di daerah Poppies Lane II (klo mau coba hubungi Pak Komang 0361-754246) Lokasinya bersih dan dekat dengan monumem bom Bali (50m). Kita bisa booking per telepon tanpa mengirim uang jaminan, yang penting kita sama-sama jujur dan percaya.... (hmmmm............................) Cuman 70.000 per-night. Dari Surabaya ke Denpasar, tiba pukul 24.05 (tengah malam), tanggal 22 Desember '07, untung kita sudah pesen penginapan jadi dari Ngurah Rai naik taksi 50.000 menuju ke penginapan Ronta dan istirahat disana Perjalanan dimulai pukul 09.00, sebelumnya kita sudah sewa mobil (karena kita pergi ber-4). Dapat harga murah 120.000 per 24 jam (itupun ditawar dulu sama si abang). Dengan mengendarai Katana merah.... mulai deh perjalanan keliling bali. Day One: dimulai dari Kute ke arah Pura Taman Ayun-Mengwi perjalanan kurang lebih 1 jam, cukup lancar karena petunjuk peta jelas, di setiap persimpangan Bali kita juga bisa membaca petunjuk arah kemana kita akan menuju. Di Pura Taman Ayun - Mengwi kita akan disuguhi panorama istana kerajaan Mengwi. Terdapat pura-pura dan juga kesenian lukisan disana. Setelah puas berkeliling perjalanan dilanjutkan ke Sangeh - Monkey Forest. Berkunjung ke saudara tua ini, kita ditemani oleh seorang guide yang cukup tahu tentang sifat dan tabiat kera - kera disana, jadi kita juga bisa berbagi sedikit makanan kecil bersama mereka tanpa perlu takut. Di Sangeh juga terdapat pasar seni yang menjual souvenir khas Sangeh seperti kaos, gantungan kunci, lukisan, dll. Waktu sudah menunjuk pukul 01.00 siang perjalanan dilanjutkan ke arah Danau bedugul, berhubung kita mengejar sunset di Tanah Lot, di Bedugul kita cuma bisa berkeliling di sekitar danau dan mengamati seniman-seniman gambar di pinggiran danau. Hari pertama perjalanan ditutup di Tanah Lot sambil melihat sunset. Day Two: Dari Kute kita mengambil rute ke arah selatan melewati Jimbaran menuju GWK (Garuda Wisnu Kencana). Disini kita bisa menikmati kesenian Bali seperti tarian Barong dan melihat -lihat bangung yang berdinding tanah disekitarnya. GWK merupakan tempat yang cukup baru di Bali, yang mengisahkan tentang perjalanan Wisnu yang sedang menunggangi Garuda. Dari GWK, bertolak ke arah Pura Uluwatu. Disini kita bisa melihat ritual sembahyang Hindhu sambil menikmati pemandangan laut di bawahnya. Karena termasuk tempat sakral bagi yang berkunjung dianjurkan memakai pakaian yang sopan. Dari Uluwatu kita lanjut ke arah Tanjung Benoa. Ini tempat yang paling asyik. Tak lupa kita juga mencoba jet ski, flying fish, snorkling dan visit to turtle island. Tapi jangan lupa kita musti nawar sama operator water sportnya supaya dapet murah. Day Three: berawal dari Kute - Celuk (kerajinan perak) terus ke pasar seni Sukawati buat beli oleh2. Nah berhubung hujan deres sekali rencana mau ke tampak siring, kintamani kajdi gagal. Dan juga karena sudah waktunya pulang, kita hanya mampir ke Joger sebelum pulang. Nah semoga pengalaman kecil bisa dijadikan referensi buat yang mau jalan2 ke Bali. Have a nice day!!!!
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Menggapai puncak Mahameru

Mahameru adalah salah satu puncak tertinggi di Indonesia (3676 m), yang terletak di daerah Jawa Timur dan diantara pegunungan Tengger. Mengingatkan saya pada pengalaman beberapa tahun yang lalu bersama kawan-kawan. Waktu itu sekitar tahun 2002, kami berlima dalam rombongan memutuskan untuk berangkat melihat keindahan gunung Semeru. Dengan perbekalan cukup untuk kurang lebih 1 minggu, kami berangkat dari Surabaya dengan menggunakan bis menuju kota Malang, karena kami berencana melalui jalur Tumpang. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya bis yang kami tumpangi mendarat juga di terminal Arjosari dan segera saja kami memasuki lyn warna putih menuju Tumpang. Sambil menambah referensi perjalanan kami dengan bertanya-tanya pada pak sopir, akhirnya tak terasa hawa dingin sudah mulai menusuk kulit, meskipun saat itu masih pukul 11 siang. Perhentian terakhir kami adalah pasar Tumpang, dari situ kami harus menunggu calon penumpang atau pendaki lain yang mau berbagi jeep dengan kami. Karena satu-satunya kendaraan yang bias mengantar kami ke pos terdekat hanyalah jeep dengan kapasitas penumpang 8 orang. Yaah… kami rela menunggu sebentar daripada kami harus membayar ongkos lebih mahal karena jeep tidak memenuhi kuota yang diinginkan pak sopir. Untunglah belum lewat 1 jam kami ber’gembel ria’ di depan pasar terlihat ada rombongan yang baru datang dan dari penampilannya pastilah mereka juga punya niat yang sama dengan kami. Perkenalan singkat membuat kami tahu mereka rombongan dari Yogyakarta 4 orang dan sepasang dari Malang….. cukuplah… akhirnya dengan sigap kami segera mengangkat barang bawaan kami keatas jeep. Singkat cerita panjangnya perjalan tak terasa dikalahkan oleh sejuknya hawa sore itu dan terhampar pemandangan dari kebun kebun sayur penduduk setempat. Setelah melewati desa Gubuklakah, Ngadas dan tempet bermukimnya suku Tengger, pukul 5 tepat akhirnya kami sampai juga di pos pertama yaitu Danau Ranupane….. segera saja kami melakukan pendataan perijinan dan malam itu kami juga bermaksud bermalam.. dan kebetulan pihak perijinan menyediakan tempat semacam bangunan sederhana dari kayu. Hmm….. akhirnya ada juga tempat nyaman untuk sekedar meluruskan badan………. Hari kedua, kami memulai perjalanan pukul 8 pagi agar semua berjalan lancar, setelah sarapan kami sedikit stretching sejenak dan perjalanan pun dimulai…….tujuan kami yaitu pos 2 Danau Ranukumbolo. Kami banyak melewati jalan setapak yang banyak dihiasi dengan pohon-pohon yang tumbang serta banyak semak dan perdu. Dan pukul 1 siang akhirnya tiba juga kami di RanuKumbolo. Tempat yang indah sekali.. Sebuah lembah yang menghampar luas dan terdapat danau yang berwarna hijau dengan dikelilingi pinus dan cemara, didepan danau terdapat pula pos pendakian. Malam itu sekali lagi kami memutuskan untuk bermalam disitu. Hari ketiga kami melanjutkan perjalanan menuju Aracapada. Melewati Tanjakan Cinta dan Savana Oro Oro Ombo akhirnya kami sampai di pos Kalimati. Disini keadaan begitu panas seakan akan di padang pasir karena disekeliling pos terhampar padang rumput berwarna kekuningan dan debu-debu pasir mulai terasa disini. Tanpa berlama – lama kami berjalan lagi memasuki hutan pinus yang mulai gelap dan terlihat banyak longsoran disana sini. Malam itu kami bermalam di Arcapada, meskipun dibanding pos yang lain kurang nyaman, tapi lumayanlah. Malam itu kami lewati dengan suara deru angin dan udara yang dingin membuat malam semakin mencekam……. Hmm meringkuk di rumah mungkin pilihan paling tepat saat ini (hehehehe). Pukul 3 pagi kami sudah mulai berkemas, dengan membawa perbekalan kami berjalan penuh kehati-hatian karena banyak longsoran, dan dikanan kiri kami juga terhampar jurang longsoran pula. Setelah melewati Cemoro Tunggal yang merupakan vegetasi terakhir, akhirnya kami mulai bergelut dengan lautan pasir. Untung kami berangkat pagi sekali…sekali pasir masih terasa basah dan padat. Kurang lebih 4 jam akhirnya kami sampai di puncak Jonggring Saloka……….. Waaaahhh….. menikmati matahari terbit dari atas puncak Mahameru memang terasa bedanya. Sesekali terlihat semburan asap berwarna hitam dari kawahnya. Kelelahan yang ada terasa tergantikan pada saat-saat di puncak. Syukur Alhamdulillah kami panjatkan, karena kami masih diberikan kesempatan untuk menikmati satu lagi karya sang Pencipta…………………………………………………………..
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Peringatan Hari Lingkungan Hidup

Tanggal 5 Juni yang diperingati setiap tahunnya sebagai hari lingkungan hidup sedunia, membuat saya selalu teringat kegiatan setahun yang lalu bersama-sama kawan-kawan dari satu organisasi. Pada waktu itu saya masih aktif sebagai pengurus kegiatan di oraganisasi. Saat itu kami memperingatinya dengan melakukan aksi bebas asap selama 12 jam dilingkungan sekitar kampus. Aksi bebas asap ini dimulai dari hal-hal kecil semacam larangan merokok di area kampus sampai larangan menyalakan kendaraan bermotor. Sebelum melakukan aksi tersebut, kami sudah meminta persetujuan dari pihak rektorat dan jajarannya; dan merekapun setuju serta mendukung kegiatan kami. Persiapan-pun tidak kurang telah kami lakukan, kami sudah mempersiapkan beberapa personil untuk berjaga-jaga dibeberapa titik yang telah kami tentukan. Antara lain digerbang masuk kampus, dimana beberapa tanda dilarang menyalakan kendaraan bermotor sudah kami pasang (MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP 5 JUNI, “12 JAM BEBAS ASAP”). Dan tak lupa beberapa personil kami tugaskan disana untuk mengatur dan menghentikan kendaraan bermotor yang masuk area kampus. Oh ya, aksi ini kami mulai tepat pukul 7 pagi dan berakhir sampai pukul 7 malam dan berlaku diseluruh kawasan kampus. Selain di gerbang, kami juga menyebarkan beberapa personil di seluruh area untuk berjaga-jaga apabila ada yang masih merokok. Beberapa kejadian tentu saja mewarnai aksi kami. Ternyata tidak semua orang mau mendukung aksi kami, meskipun itu untuk kepentingan mereka. Ada yang pada waktu dihentikan kendaraan mereka di gerbang mereka menurut, namun setelah jarak beberapa meter mereka kembali menyalakan mesin kendaraan mereka. Alhasil kami harus berkejar-kejaran dan sibuk berteriak untuk memperingatkan mereka (…). Ada juga yang tidak mau terima, ketika kita anjurkan untuk mematikan rokok mereka, meskipun kita sudah membagikan permen gratis sebagai ganti menghisap rokok. Yang lucu lagi, ketika sang Bapak Rektor datang. Tentu saja beliau mengendarai mobil karena jarak gedung rektorat dan pintu gerbang masih lumayan jauh. Dan pada waktu itu Bapak Rektor berpesan bahwa beliau pulang agak larut sehingga meminta kami sedapat mungkin “menggelandang” mobil beliau di lokasi parkir gedung rektorat. Untuk Bapak Rektor kami tidak bingung, karena kami sudah menyiapkan becak untuk mengantar beliau sampai di tempat yang dituju. Dan mobilnya? Setelah dirembug sama-sama akhirnya kita sepakat untuk mendorong mobil tersebut sampai diparkir rektorat…yah lumayan sih (heheheh cape’ deh). Sebenarnya banyak sekali pro dan kontra yang kami temui di sepanjang 12 jam aksi kami. Meskipun telah kami lihat bahwa kesadaran sebagai mahasiswa untuk tetap menjaga lingkungan masih kurang. Padahal hasil yang kami rasakan selama 12 jam tanpa asap betul-betul terasa. Apalagi kebetulan lingkungan kampus kami bersebelahan dengan area sawah. Udara segar terasa memenuhi paru-paru, begitu kami menghisap nafas dalam-dalam. Ya, memang isu-isu tentang pemanasan global, kerusakan lingkungan seperti pencemaran, longsor, bencana banjir sudah merebak dimana-mana. Bumi-pun sudah mulai tua seiring dengan menipisnya lapisan ozon. Mungkin kita tidak mampu berbuat banyak, namun alangkah baiknya apabila kita memulai dari diri kita sendiri dengan melakukan hal kecil terlebih dahulu, yaitu membuang sampah pada tempatnya. Kalau itu sudah menjadi kebiasaan, maka kebiasaan itu bisa kita tularkan kepada orang-orang terdekat kita. Memang pendidikan lingkungan khususnya di Indonesia masih belum begitu dirasakan, dan pemerintah-pun belum memasukkan kurikulum pendidikan lingkungan disekolah-sekolah. Namun setidaknya kita bisa mulai berpikir tentang apa yang bisa kita wariskan pada anak cucu nanti……. (Sby, 5 Juni 2008, mencoba menulis)
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments