Showing posts with label buku. Show all posts
Showing posts with label buku. Show all posts

Looking Into the deeper Dimension

There is one of my favorite routine now, join yoga’s class every twice a week after office hour. The reasons I had joined this class are breath practicing and also trying to train the balance between mind and body. In one day, I had
spent 8 hours or more in office, doing my tasks and surely facing many problems. And almost every night I couldn’t sleep well, always have a”heavy” dream. I mean ‘heavy’ here is the dream which is so clear until sometimes I couldn’t differ between the real world and the dream world. (Huff…)
So that, in mention above becomes my majority reason, why I had chosen yoga class, I would like to know more about what is the philosophy of YOGA?
Based on Timoty Burgin on his book “Yoga Basic” states that the main philosophy of yoga is simple: mind, body and spirit are all one and cannot be clearly separated. Yet there is a multitude of philosophical ideas developed by looking into the deeper dimensions of the body, mind and spirit.
There are eight-fold path of yoga lays the Yamas, the beginning is Patanjali, the moral, ethical and societal guidelines for the practising yogi, all express in the positive, and thus become emphatic descriptions of how a yogi behaves and relates to her world when truly immersed in the unitive sate of yoga. Patanjali considered the Yamas the great, mighty and universal vows. He instructs us that they should be practiced on all levels (actions, words, and thoughts) and that are not confined to class, place, and time or concept of duty (YS 2.31).
Ahimsa is the practice of non-violence, which includes physical, mental, and emotional violence towards others and the self. Compassion is the ability to accept events as they are with an open and loving heart. It is a letting go of reacting to a situation in a conditional and negative way, and replaces those thoughts or feelings with kindness, acceptance and love. At first practicing compassion is hard, frustrating and not fun. But the key is to have compassion for oneself for not having compassion, and to smile at this contradiction.
Satya (truthfulness) urges us to live and speak our truth at all times. Living in your truth not only creates respect, honor and integrity but also provides the vision to clearly see the higher truths of the yogic path.
Asteya (non-stealing) is best defined as not taking what is not freely given. On a personal level the practice of Asteya entails not committing theft physically and/or not causing or approving of anyone else doing so--in mind, word, or action. While not easy, practicing Asteya encourages generosity and overcomes Lobha (greed). And as Patanjali tells us, “when Asteya is firmly established in a yogi, all jewels will become present to him/her.” (YS 2.37).
Brahmacharya (continence) states that when we have control over our physical impulses of excess, we attain knowledge, vigor, and increased energy. To break the bonds that attach us to our excesses and addictions, we need both courage and will. And each time we overcome these impulses of excess we become stronger, healthier and wiser. One of the main goals in yoga is to create and maintain balance. And the simplest method for achieving balance is by practicing Brahmacharya, creating moderation in all of our activities.
Aparigraha (non-coveting) urges us to let go of everything that we do not need, possessing only as much as necessary. The yogis tell us that worldly objects cannot be possessed at all, as they are all subject to change and will be ultimately destroyed. When we become greedy and covetous we lose the ability to see our one eternal possession, the Atman, our true Self. And when we cling to what we have we lose the ability to be open to receive what we need.
So that, in our full activities, I think it is a good idea to spend our precious time to join yoga's class. For a moment to forget everything, problems and enter a new dimension in getting a new spirit to face to next day.
Namaste...
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

RANAH 3 WARNA

Ada satu lagi buku yang menjadi favoritku, yaitu Ranah 3 Warna karya A Fuadi. Sebetulnya ini adalah buku kedua dari Trilogi Negeri 5 Menara, jadi baik buku pertama maupun buku kedua sudah menjadi favorit.
Kedua buku ini ditulis oleh A.Fuadi, mantan wartawan TEMPO dan VOA, penerima 8 beasiswa luar negeri, penyuka fotografi, dan terakhir menjadi Direktur Komunikasi disebuah NGO konservasi. Alumni pondok modern Gontor, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, University of London.
Buku ini dimulai dari seorang anak yang bernama Alif, yang menuruti nasihat ibunya untuk belajar ilmu agama di pondok, meskipun tidak sesuai dengan kata hatinya yang saat itu ingin masuk di sekolah umum. Dia yang sebelumnya tidak pernah menginjakkan kaki kemanapun selain tanah Minangkau kelahirannya akhirnya memulai petualangan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya bersama kawan-kawan karib se-pondoknya.
Di pondok Madani bersama dengan kawan-kawannya yaitu Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa, mereka belajar mengenai banyak hal. Dibawah bimbingan para ustadnya, Alif belajar tentang “mantera” sakti man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Dan dibawah menara masjid Pondok Madani inilah mereka mulai menggelar mimpi-mimpi mereka sambil menatap awan-awan lembayung yang menjelma menjadi Negara dan benua impian mereka masing-masing.
Di buku kedua, Ranah 3 Warna, Alif akhirnya mampu membuktikan bahwa meskipun tidak dari sekolah umum-pun, dia mampu melanjutkan ke UMPTN dan masuk di salah satu universitas di Bandung, bahkan dengan kerja keras dan kesabarannya dia mampu menginjakkan kaki ke benua Amerika sebagai wakil budaya dari Indonesia.
Banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari kisah ini, salah satunya: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun, karena Tuhan sungguh Maha Mendengar. Dan apabila membaca tentang perjuangan Alif yang harus jatuh bangun mulai bekerja dari sales door to door untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari sampai akhirnya menjadi wartawan lepas, selalu berusaha diatas rata-rata orang lain, rasanya begitu berat namun akhirnya hasilnya mampu menebus semuanya. Dan semua itu karena tidak saja menerapkan man jadda wajada tetapi juga man shabara zhafira.
Tidak semua orang memang berani bermimpi, apalagi disaat ini di kondisi yang serba sulit, sehingga memangkas habis percaya diri dan harapan untuk lebih maju. Namun membaca kisah ini mengingatkan saya pada kisah yang hampir serupa seperti Laskar Pelangi. Ya, memang banyak memberikan inspirasi bagi pembaca agar tak gentar untuk selalu berusaha lebih baik, dan membuat saya menjadi lebih berani bermimpi.
Hidup di dunia memang hanya sementara, karena ada kehidupan lain yang lebih nyata, Namun apabila tak mengisinya dengan hal-hal positif dan selalu optimis apa akhirnya yang harus ditulis di buku kehidupan nantinya?
Sukses buat semua….^_^
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

GADIS PANTAI

Judul : Gadis Pantai, 2002
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara, 2003
Tebal : 207 hal
Entah kenapa aku memilih buku ini, yang pasti Pramoedya adalah salah satu pengarang favoritku dan feminisme adalah topik favoritku. Buku ini lebih banyak menceritakan tentang keadaan Indonesia pada jaman penjajahan dari sudut pandang tokoh bernama Gadis Pantai. Tidak disebutkan secara detil siapa tokoh yang disebut dengan gadis pantai ini, namun disisi lain Pramoedya secara detil menggambarkan bagaimana kondisi rakyat Indonesia saat itu lengkap dengan budaya khasnya.
Kehidupannya berubah drastis ketika saat itu, tanpa tahu sebabnya riba-tiba dia dibawa ke sebuah rumah pendopo di kota, dikawinkan, meski saat dikawinkan dia tak menjumpai calon suaminya, yang saat itu diwakili oleh sebilah keris. Dan kehidupan barunya dia tinggal di rumah seorang bendoro (sebutan untuk suaminya). Disitu dia tak lagi bebas melakukan apa yang dia sukai, berkata dan bertindak pun semuanya serba ada aturannya. Untuk menemui suaminya pun tdak diperbolehkan, kecuali apabila suaminya yang meminta.
Memang sejak tinggal dirumah bendoro, kesejahteraannya meningkat, dia tak lagi berlari lari mengambil ikan dari perahu bapaknya tetapi sekarang dia belajar membatik. tak lagi menjemur ikan dan menumbukknya menjadi terasi. tetapi hanya duduk terdiam dan menunggu entah apa dia tak tahu. Tetapi disini dia bisa makan, makanan yang sudah disediakan dan ketika pulang ke rumah bapaknya dia mampu membawakan banyak makanan dan benda benda untuk mereka.
Sampai suatu saat datanglah pelayan baru bernama Mardinah, yang ternyata adalah utusan dari Bendoro Putri Kabupaten Demak, yang ternyata mempunyai niatan untuk merebut suami gadis pantai. Sebetulnya gadis pantai sendiri sudah menyadari bahwa suatu saat dia akan dibuang oleh suaminya, seperti halnya istri istri yang terdahulu, apabila Sang Bendoro sudah tidak berkenan lagi, dia akan menceraikan istrinya dan meminta meninggalkan anaknya disitu. Dan dengan segala upaya, akhirnya gadis pantai mampu menggagalkan niat buruk dari Mardinah.
Namun ketika akhirnya dia melahirkan anak perempuan, apa yang dia bayangkan terjadi. Bendoro tak mau menemuinya lagi, dan disuatu saat tiba-tiba Bapaknya datang dari kampung dan membawanya pulang, karena dia sudah diceraikan oleh bendoro tanpa alasan apapun.
Cerita sejarah tentang keadaan masyarakat Indonesia tempo dulu sangatlah banyak, namun satu hal yang masih tersisa sampai sekatang, adalah bagaimana masyarakat memandang seorang perempuan. Gerakan emansipasi wanita memang sudah dimana-mana, namun dalam kenyataannya masih banyak yang memandang kecil kaum wanita. Didaerah daerah pelosok, masihlah ada perempuan muda yang tak mengenal pendidikan dan menikah karena kepentingan pribadi, sebagai orang tua mereka hanya berpikir, mempunyai anak perempuan adalah beban dan dengan menikahkan berarti lepas sudah beban itu dan beralih pada seseorang yang ditunjuk sebagai suaminya. Dan apabila suami tersebut sudah bosan, berhak untuk menceraikan atau mencari istri yang lain. Kemudian apa hak istri??. Potret Gadis Pantai dalam buku karya Pramoedya ini sebagai bentuk gambaran perlakuan suatu jaman pada seorang wanita.
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

BUKU-BUKU

From buat gambar blog
Berawal dari kebiasaan membaca buku sejak kecil. Awal saya menyukai buku ketika waktu itu duduk di bangku Sekolah Dasar. Di rumah sendiri memang kebiasaan membaca sudah terbentuk, karena hampir seluruh anggota keluarga suka membaca, apapun bentuknya; entah surat kabar, majalah, novel ataupun komik. Dan kekebetulan waktu itu Bapak sering membawakan buku-buku cerita terbitan Balai Pustaka yang masih saya ingat selalu tertulis "Buku-buku terbitan Balai Pustaka, Tidak diperjual belikan" dibagian bawah.
Dan kebiasaan tersebut berjalan sampai saya menjadi anggota tetap perpustakaan di Sekolah Dasar. Buku-buku favorit waktu itu adalah buku-buku hasil karya Hans Christian Andersen, yang terkenal karena kemahirannya membuat cerita anak-anak. Bahkan sampai saat ini banyak cerita-ceritanya yang ditulis dan dicetak ulang dalam buku-buku dongeng anak sedunia, dan bahkan ada juga dalam bentuk film-film animasi.
Menginjak SMP saya sudah menjadi anggota tetap plus petugas perpustakaan. Wah senangnya bukan main, karena itu berarti kesempatan membaca buku-buku terbaru akan lebih diutamakan. Yang paling saya ingat adalah waktu itu kelas 1 SMP, pengalaman pertama membaca buku setebal hampir 300 halaman tidak lebih dari 24 jam. Wuih, mungkin itu penyebab kenapa saya sekarang berkacamata minus hehehehe ....
Bahkan sampai SMU kebiasaan ini terus berlanjut. Membaca buku seolah menyelam kedalam samudera ilmu, imajinasi seolah larut terbawa isi buku dan mengisi bagian-bagian yang kosong didalam kepala. Sayangnya tidak semua buku bisa masuk diperpustakaan sekolah, hingga jika ingin membaca buku-buku fiksi saya harus pergi ke tempat penyewaan yang harganya relatif mahal bagi uang saku anak sekolah saat itu.
Dan karena terbatasnya finansial, saya tidak mungkin meminta pada orangtua untuk membeli buku di toko-toko buku. Jangankan membeli buku untuk bacaan, untuk buku-buku sekolah terkadang juga masih sulit. Jadi bagi saya saat itu Toko Buku ibarat tempat yang menjual barang-barang yang tak terjangkau. Hingga terbersit harapan apabila memiliki pemasukan sendiri, akan saya puaskan keinginan untuk mengumpulkan dan membaca buku-buku yang saya sukai
Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

FIKSI

PEREMPUAN TERLUKA QAISRA SHAHRAZ FIKSI MIZAN 2007 PERCY BYSSHE SHELLEY, Everyman's poetry diedit oleh Timothy Webb SASTRA Everyman Paperbacks 1998 JERITAN LIRIH KENZABURO OE SASTRA JALASUTRA 2004 THE PENDERWICKS JEANNE BIRDSALL SASTRA GRAMEDIA 2008 BABY'S DIEREN KIJKBOEK DELTAS ANAK DASYATNYA ENERGI IMAN ABDULLAH BIN FAHD AS-SALLUM AGAMA ELBA 2006 MISTERI SOLITER JOSTEIN GAARDER SASTRA JALASUTRA 2005 SALJU KILIMANJARO ERNEST HEMINGWAY SASTRA OBOR 2000 KEARIFAN CINTA JALALUDDIN RUMI SASTRA KREASI WACANA 2001 CENTHINI, KEKASIH YANG TERSEMBUNYI ELIZABETH D. INANDIAK FIKSI BABAD ALAS 2008 ELEVEN MINUTES PAULO COELHO FIKSI GRAMEDIA 2007 CINTA-MU SELUAS SAMUDRA GOLA GONG FIKSI MIZANIA 2008 NAYLA DJENAR MAESA AYU FIKSI GRAMEDIA 2006 LENTERA AL-QURAN M. QURAISH SHIHAB AGAMA MIZAN 2008 9 MATAHARI ADENITA FIKSI GRASINDO 2008 Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

BUKU - BUKU SASTRA

219

Burung-burung Manyar-YB Mangunwijaya

220

Fatimah Chen Chen-Motinggo Busye

221

Perempuan di titik nol-Nawal El Saadawi

222

The Outsider-Albert Camus

223

Rumah Biru-Imam Muhtarom

224

Adam dan Hawa-Mark Twain

225

Pandora, kumpulan puis-iOka Rusmini

226

Pertemuan Dua Hati-NH Dini

227

Kesustaraan Indonesia Modern-HB Yassin

228

Everyman's Poetry-Percy Bysshe Shelley

229

Sekali peristiwa di Banten Selatan-Pramoedya Ananta Toer

230

Scarlet Letter-Nathaniel Hawthore

231

Cleo, lyla, juliet-NAVILA

232

Mrs. Dalloway-Virginia Woolf

233

The Winner stands alone-Paulo Coelho

234

The Witch of Poertobello-Paulo Coelho

235

Eleven Minutes-Paulo Coelho

236

The Alchemist-Paulo Coelho

237

The Black Cat-John Milne

238

The Picture of Dorian Gray-Oscar Wilde

239

Wuthering Heights-Emily Bronte

240

The Great Gatsby-F. Scott Fitzgerald

241

Sense and Sensibility-Jane Austeen

242

The Zahir-Paulo Coelho

243

Sang Nabi-Kahlil Gibran

244

A Simple Heart-Gustave Flaubert

245

Pride and Prejudice-Jane Austeen

246

TOEFL Preparation Guide-Michael A Pyle

247

Brida-Paulo Coelho

248

Rafilus-Budi Dharma

249

Dunia yang Sempurna-Kahlil Gibran

250

Gadis Pantai-Pramoedya Ananta Toer

251

Perawan Remaja dalam cengkeraman Militer-Pramoedya

252

Perburuan-Pramoedya Ananta Toer

253

The Valkriye-Paulo Coelho

Read more...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments