TERDAMPAR DI GURUN SESAT (kisah perjalanan - 1)

Suatu hari di suatu masa, tibalah perjalananku disebuah gurun. Gurun pasir yang luasnya tak terhingga dan kulihat kenikmatan oase-nya begitu menggoda. Entah mengapa… aku mencoba melangkahkan kaki-ku disana. Aku melihat begitu banyak hal baru yang tidak pernah aku lihat. Ya.. aku mencoba mencari jawaban hidup-ku disana. Dengan langkah cepat, aku segera membawa diriku masuk kedalam dimensi gurun itu. Kucoba mencari oasenya untuk menyejukkan jiwaku. Didalam gurun itu tak kulihat apapun, karena kabut begitu menutupi pandangan-ku. Namun aku tidak takut, karena rasa ingin tahu-ku mengalahkan ketakutanku. Dan aku merasa, bahwa aku akan menemukan satu petualangan baru disana. Sedikit kuseret langkahku, seakan pasirnya menghalangi-ku untuk menjelajahi dunianya. Tekad-ku seakan sudah bulat dan aku memutuskan untuk sedikit menikmati hangatnya matahari gurun. Aku menemui banyak hal disana, banyak kejadian yang tak pernah kualami, kuterima disana. Aku merasa semua orang begitu ramah padaku, setiap yang aku temui selalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ah..aku merasa begitu tersanjung karena tidak seperti dalam perjalananku yang kemarin, semua begitu sunyi. Disini semua orang menawarkan tangannya kepada-ku dan aku begitu menikmatinya. Ketika semakin jauh aku berjalan, aku tidak juga menemukan oase itu, aku mulai merasakan panasnya matahari diatas kepalaku, menguliti jiwaku, membakar habis tubuhku dan hanya menyisakan bayang-bayang-ku. Dalam pikiranku, aku melihat bayang-bayangku berjalan semakin jauh, meneliti sudut-sudut gurun ini. Dalam keadaan jiwa setengah sadar aku berjalan terus mengikuti bayang-bayangku. Sampai aku merasa begitu letih dengan pencarian ini. Kucoba berteriak memanggil bayang-bayangku, namun entah kenapa suara ini tak juga keluar. Begitu jauh melangkah mengikuti pandangan mata pada bayang-bayangku. Langkahku begitu terseok dan tertatih. Jiwa dan pikiranku begitu lelah. Hingga pada suatu waktu aku mendengar bisikan suara ditelingaku. Suara itu berkata,”Heii…. Itu bayangan-mu mengapa kau mengikutinya? Bukankah seharusnya kau yang berdiri didepan bayang-bayang-mu?” Aku tersadar dengan kata-kata itu, “Oh ya, aku terlalu asyik mengikuti nafsu-ku hingga ketika sadar aku melihat diriku,… begitu menyedihkan, jiwaku begitu kusut dan kotor”. Aku menghentikan langkahku, kubalikkan badan-ku, kulihat ada Cahaya putih yang memancarkan sinar begitu terang menyilaukan mata. Kutanya pada Cahaya didepanku, “Masih bolehkah aku mengikuti-Mu?, aku tidak tahu jalanku pulang..” “Masihkah ada pintu yang terbuka untuk aku lewati?...aku begitu lelah dengan semua ini. Bahkan aku tidak bisa mengenali diriku lagi…” “Masih adakah kesempatan itu?” Sang Cahaya tidak menjawab, tapi kurasakan sinar putihNya memendar menerangi gurun, kekuatanNya meniup pasir yang membelenggu kakiku, kehangatanNya mendekap jiwaku yang resah, kasihNya meluruhkan gelisahku. Itulah jawabannya… Andai aku bisa memeluk Cahaya itu, ingin aku tumpahkan seluruh tangis dan sesak penyesalanku. Bawa aku Sang Cahaya….. Karena aku ingin pulang,…… aku harus pulang,…. (dalam perjalanan, 15/08/08)
Mencoba menulis sambil mengingat lagu yang aku suka
Kemanapun aku pergi, bayang-bayangMu mengejar bersembunyi dimanapun, selalu Engkau temukan Aku merasa letih dan ingin sendiri Kutanya pada siapa, tak ada yang menjawab sebab semua peristiwa, hanya di rongga dada pergulatan yang panjang, dalam kesunyian Aku mencari jawaban di laut, kuseret langkah menyusuri pantai aku merasa mendengar sura menutupi jalan menghentikan petualangan Kemanapun aku pergi, selalu kubawa-bawa perasaan yang bersalah datang menghantuiku masih mungkinkah, pintumu kubuka dengan kunci yang pernah kupatahkan Lihatlah aku terkapar dan luka dengarkanlah jeritan dari dalm jiwa AKU INGIN PULANG (Ebiet G Ade)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments: