MELEWATI MASA dan WAKTU

“Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru, “Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali sampai hari pengadilan”. (HR. Tirmidzi) Waktu adalah seluruh rangkaian saat yang telah berlalu, sekarang, maupun yang akan datang. Waktu juga adalah anugerah termahal yang diberikan Allah kepada umat manusia setelah iman. Hingga sukses tidaknya seseorang ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Waktu adalah sesuatu hal yang tidak mungkin kita kembalikan dan sebaliknya waktu semakin hari kita melewatinya akan semakin berkurang. Seperti yang disampaikan oleh Imam Hasan Al-Bashri, “ Wahai manusia, sesungguhnya kamu adalah kumpulan hari-hari, setiap hari berlalu akan berlalu pula bagian umurmu”. Hingga bisa disebut bahwa waktu menjadi “barang” yang teramat mahal harganya. Ketika ada jarang disadari keberadaannya namun saat tidak ada ia disesali. (“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih; dan saling nasihat menasihati (dengan) kebenaran; dan saling menasihati (dengan) kesabaran” QS 103:1-3).
Dalam ulasan yang disampaikan ‘alim besar Yusuf al-Qardhawi, “Manajemen waktu seorang muslim”, waktu adalah kehidupan itu sendiri. Siapa yang tidak menghormati waktu atau masa sama dengan kehilangan peluang investasi terbesar untuk masa depan. Hingga betapapun panjangnya umur manusia, sesungguhnya dia tetaplah pendek selama penutup hidupnya adalah kematian. Panjang umur bukan dimaknai sebagai berapa tahun ia hidup didunia, namun pahala amal shaleh lebih tinggi kadarnya.
Waktu adalah aset atau modal: apa yang luput dari usaha masih mungkin kita raih esok paginya, selama yang luput bukanlah waktu. Hingga memanfaatkan waktu sebaik mungkin akan melahirkan berbagai keuntungan. Melalui waktu kita ukir prestasi. Hingga baik buruknya prestasi seseorang ditentukan oleh tata nilai dan manajemen waktu yang digunakannya.
Waktu yang melalui hidup manusia terbagi menjadi 3 kategori: masa lampau, masa sekarang dan masa akan datang.
Masa lalu merupakan bagian kehidupan yang sudah kita lewati, dan merupakan mata rantai masa kini dan masa datang. Lebih baik apabila kehidupan masa lalu mampu dijadikan pijakan ataupun cermin untuk melangkah dimasa depan. Waktu ibarat busur panah yang dibentangkan kesatu titik sasaran, dimana mustahil busur panah itu akan berbalik arah kembali kepada si pemanah. Seiring dengan itu Allah juga mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam pusaran waktu sehingga kita termasuk orang yang merugi (QS 103:1-3). Masa kini adalah bagian waktu dimana kita diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk melakukan yang terbaik, waktu yang kita hadapi sekarang. Apa yang akan terjadi di masa depan termasuk harapan dan keinginan kita tidak lepas dari apa yang kita lakukan sekarang. Sebagaimana disebutkan diatas, waktu adalah modal, dan mata rantai dari masa kini dan masa mendatang. Ini melahirkan makna, bahwa waktu merupakan siklus yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Kondisi itu juga memberikan gambaran, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya,”…….Dan tiada seorangpun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakannya besok” (QS 31:34).
Dengan demikian memanfaatkan setiap kebaikan dalam tataran waktu merupakan bagian terpenting dalam menjalani proses hidup ini. Tiga tataran waktu yang kita miliki, waktu lalu, kini dan mendatang harus menjadi pelengkap kebaikan, bukan sebaliknya. Sebab sebagaimana kita pahami, siklus kehidupan terasa begitu cepat berubah. Kondisi ini, tentu menjadi pemicu agar kita tidak termasuk orang-orang yang lalai. Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA mengemukakan,”rezeki yang tidak diperoleh hari ini, masih dapat diharapkan perolehannya dihari esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin kembali esok.” Melalui ungkapan tersebut diatas, kita pahami bahwa memanfaatkan waktu sebaik mungkin merupakan tugas utama kita. Mengabaikan waktu, menelantarkannya dan menganggap remeh terhadap nilai yang terkandung dalam waktu merupakan tanda kerugian yang nyata. Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam bersabda,”Dua nikmat yang sering dan disia-siakan oleh banyak orang yaitu nikmat sehat dan kesempatan (waktu).” (HR. Bukhari)
Dalam memanfaatkan waktu ataupun kesempatan, manusia dituntut untuk menggunakan dengan sekuat tenaga, memeras keringat sehingga sari kehidupan ini dapat diperoleh. Dalam surah Wal ‘Ashr, Tuhan bersumpah: “Demi ashr (waktu) semua manusia berada dalam wadah kerugian.” Adapun yang terhindar dari kerugian, menurut Al-Quran adalah mereka yang memenuhi empat kriteria: pertama, mengenal kebenaran, mengamalkan kebenaran, ajar-mengajar menyangkut kebenaran, sabar dan tabah dalam mengamalkan dan mengajarkan kebenaran. Selain itu kita dituntut pula untuk saling menjaga dan memelihara serta saling meningkatkan kualitas, kemudian berjuang bersama guna menikmati anugerah illahi (Shihab 2008:88)
Misi kehidupan tertinggi, yaitu pengabdian kepada Allah Yang Maha Kuasa, sesungguhnya telah ada, terpatri dalam jiwa manusia ketika manusia diciptakan.
Sebagai penutup, Malik bin Nabi dalam Syuruth An-Nadhah pernah berujar,” Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru. Putra putrid Adam, aku waktu, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” Kemudian Malik bin Nabi melanjutkan,” Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dulu kala, melintasi pulai, kota dan desa, membangkitakan semangat atau meninabobokkan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya walaupun segala sesuatu----selain Allah----tidak akan mampu melepaskan diri darinya.” Sudahkah kita memanfaatkannya?
Demi malam apabila menutupi cahaya siang dan siang apabila terang benderang. Demi fajar dan malam yang sepuluh. Demi waktu matahari sepenggalan naik, Dan demi malam apabila telah sunyi. Demi masa, sungguh manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS 89:1-30)
Sumber: Shihab, M. Quraish. Lentera Al-Quran. PT Mizan Pustaka Jakarta, 2008. Agustian, Ary Ginanjar. ESQ, Emotional Spiritual Quotient. Arga Publishing Jakarta, 2007. Alia pesona muslimah, April 2008. Al-Qarni, ‘Aidh. La Tahzan. Qisthi Press Jakrta, 2007.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

2 comments:

... said...

terima kasih Ishaa,
demikian juga tulisan kamu tentang waktu mengingatkan saya tentang pentingnya memanfaatkan waktu secara maksimal.

trims dan sukses buat Ishaa.
B.

blAck-rOse said...

sama-sama pak.. terima kasih juga