Cerita Tanpa Judul
Hari ini aku bertemu dengan seseorang yang mengingatkan aku akan segalanya. Entah sudah beberapa lama ku-tak bertemu dengannya, mungkin hari ini Tuhan sengaja mengirimkannya untuk menemuiku..ya menurutku seperti itu, dan juga mungkin untuk mengingatkan segala dosa-dosaku.
Jika kuingat lagi, ya dia adalah seseorang yang menunjukkan kepadaku betapa selama ini aku sudah melakukan begitu banyak kesalahan, seseorang yang membuka mataku yang selama ini tertutup dan tidak mampu melihat jalan yang kutempuh, seseorang yang membuatku tersadar bahwa otakku tidak berfungsi sebagaimana mestinya, nuraniku yang kacau balau dan imanku yang bagaikan kapal karam terdampar didasar lautan. Semakin kuingat, membuatku tersadar untuk mencoba tidak melakukan kesalahan-kesalahan itu lagi.
Dia mencoba menunjukkan tentang bagaimana wujud seorang wanita yang shalihah, mampu menjaga martabatnya dan berusaha melakukan perbuatan seperti yang dilakukan putri Nabi Muhammad SAW; Fatimah az-Zahra. Banyak hal yang membuatku betul-betul terkejut bahwa selama ini aku melakukan kekeliruan-kekeliruan yang memang aku sengaja lakukan atau aku tidak sadari makna perbuatanku. Dan yang pasti tentang aku yang selalu lupa akan mensyukuri nikmat Allah dan ikhlas dengan jalan yang Dia berikan.
Ya.. seperti yang pernah aku kutip dari Buku “Aku Sadar Aku Gila” karya Bahril Hidayat Lubis, yang mengatakan bahwa kepribadian dibentuk oleh 2 hal: bawaan dan lingkungan. Menurut persepsiku sendiri, kepribadian dibentuk dari faktor bawaan, kita memang tercipta menjadi pribadi yang seperti kita rasakan masing-masing, mungkin ada yang cepat tanggap terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, atau mungkin juga ada yang tidak langsung tahu dan memahami permasalahan yang sedang dihadapi. Dan sepertinya aku masuk pada kategori yang kurang tanggap terhadap masalah-masalah yang ada didepanku. (….). Sedangkan faktor lingkungan, terlihat nyata sekali bahwa tumbuh dilingkungan yang tidak mengajarkan tentang pentingnya memahami makna dan keberadaan Allah akan sangat dirasakan pada waktu kita sudah menyadari tentang apa makna keberadaan kita didunia ini.
Dia membuatku mengingat bahwa Allah ada dimana-mana, Dzat yang tidak pernah tidur selalu mengamati perbuatan kita, Dzat yang tidak pernah berhenti mengingatkan kita bahwa kita harus berjalan di jalanNya. Semakin aku tahu tentang apa-apa yang yang salah dan benar, didalam hatiku semakin takutku melangkah. Karena kusadari bahwa diriku hanyalah manusia yang lemah, yang selama ini tidak pernah mampu menahan segala godaan. Dan kurasakan diriku yang selalu berusaha menolak separuh dari bagian pribadiku. Diriku yang selalu ingkar akan kenyataan yang tengah kuhadapi.
Ya… sepertinya aku membutuhkan sesuatu atau seseorang yang selalu tidak pernah lelah menyiram otakku dengan segala cerita tentang hal-hal kebaikan, membentuk nuraniku dengan membisikkan ayat-ayat suci Alquran kedalam telingaku yang tuli, menampar pipiku untuk membuatku sadar akan semuanya, menggedor pintu hatiku dan menarik langkahku untuk menjauhi semuanya ataupun mengasah imanku dengan selalu memaksaku untuk selalu bersujud dan mengingat Allah. Kurasakan aku benar-benar butuh itu.
Dan sekali lagi kumengingat diriku yang tumbuh menjadi manusia yang lemah, dengan iman yang penuh karat dan nurani yang seakan daun kering yang tertiup angin. Ya aku menyadari itu Namun, apakah yang disebut kesadaran? Apakah disebut kesadaran apabila kita tahu diri kita salah namun tidak mampu berusaha untuk memperbaikinya? …… dan langkah kaki terkadang terlampau berat untuk meninggalkan kenikmatan-kenikmatan semu yang tidak abadi ini. Meskipun didalam hati ku yang terkecil dan jauh tersembunyi mengatakan bahwa aku harus mencari hidayahNya; seperti kata penulis “B” dalam bukunya Aku Sadar Aku Gila, bahwa manusia yang paling mulia adalah manusia yang menyambut setiap hidayah untuk meningkatkan akhlak menuju derajat takwa sampai maut menjemputnya. Ya..aku menginginkan itu, meskipun aku takut tangan ini tidak akan mampu menggapainya. Dan yang kutakutkan juga, bahwa esok hari pikiran tentang kesadaran diri ini kembali hilang. Sehingga nafsu akan menguasaiku kembali……dan aku menjadi lupa diri. kuakui aku hanyalah manusia yang betul-betul lemah.
(Sby, 8/6/08 – mencoba menulis)
0 comments:
Post a Comment