Semua khan kembali kepadaNya
Hari ini aku menghadiri sebuah pemakaman, seorang kerabat ada yang meninggal, penyebabnya adalah terkena kanker rahim akut dan sudah hampir tujuh bulan lamanya dia bergelut dengat penyakitnya itu.
Aku terlebih dahulu berkunjung ke rumah kerabatku itu, seperti biasa diujung gang rumah terlihat bendera putih dengan tanda palang merah ditengahnya . Setelah memasuki gang akupun tiba didepan rumah, kulihat sudah banyak tetangga dan kerabat jauh maupun dekat sudah berkumpul. Ketika kumasuki rumah kulihat diujung ruang tamu jenazah kerabatku sedang disemayamkan. Beberapa orang berusaha memandang untuk terakhir kalinya sebagai ungkapan kenangan terakhir. Tapi aku tak sanggup memandangnya, jadi kuteruskan langkahku ke belakang rumah. Didalam aku duduk terdiam karena tidak semua orang yang hadir aku mengenalnya. Kemudian kulanjutkan kegiatan yang aku sukai yaitu mengamati semua orang yang hadir disana, melihat cara mereka berbicara dan mencoba mengenang kebaikan-kebaikan almarhum.
Pukul 10.00 tepat ambulans pun datang, karena kebetulan jarak rumah dan pemakaman cukup jauh, jadi kamipun menggunakan jasa ambulans. Setelah pak ustad menyampaikan doa dan dari pihak keluarga memberikan sambutan singkat tentang almarhum, kamipun berangkat.
Saat itu aku merasa hatiku berdesir, sesuatu memasuki jiwa dan otakku memaksa sebutir air bening menetes di pipiku. Ini adalah pemakaman keempat yang pernah aku hadiri. Pertama ketika kakek tersayangku meninggal pada saat kelas 2 SD, kedua ketika temanku jatuh dari tebing pada waktu ekspedisi dan ketiga ketika temanku kehilangan ibunya karena kecelakaan tabrak lari.
Teringat syair lagu Emha Ainun Najib, ketika kita berpulang hanya satu kendaraan yang akan mengantar, kendaraan roda manusia.
Iring-iringan pun dimulai dijalanan yang cukup ramai, sampai akhirnya masuk kompleks pemakaman. Begitu sampai pengusung jenazah pun segera melakukan tugasnya dengan baik. Aku berdiri tidak begitu jauh dengan makam, tubuhku mematung disana dengan pandangan melihat mereka yang ditinggalkan. Pikiranku melayang-layang, inilah tiba saat manusia memasuki rumah peristirahatan. Sebesar dan semegah apapun tempat yang kita miliki, namun rumah masa depan kita tetaplah berukuran 2x1 meter. Aku membayangkan seandainya aku adalah orang yang ada di balik keranda. Tidak lagi punya waktu untuk memperbaiki diri.
Yah… semua orang pasti akan mati, karena itulah jalan yang akan kita tuju. Tak terasa sebutir airmataku meluncur lagi di pipiku. Membayangkan betapa kecilnya aku sebagai manusia, dengan dosa dan kesalahan yang begitu besar. Teringat aku belum juga melakukan apapun untuk menyenangkan kedua orang tuaku, belum juga memberikan apapun untuk orang-orang yang aku sayangi dan lebih lagi aku belum juga menyelesaikan kewajiban-kewajibanku sebagai manusia.
Dosaku ibarat lautan pasir yang menghampar didepan mataku, seakan – akan ingin menenggelamkan aku untuk selalu berpusar didalamnya. Kesenangan – kesenangan itu hanyalah semu semata karena semuanya tidaklah abadi.
Melangkah keluar dari pemakaman, hatiku semakin gamang seakan tidak berpijak dibumi ini……tubuhku seakan membetotku untuk segera berlari dari situ. Yah aku hanyalah manusia biasa yang tetap ingin berubah menjadi lebih baik, meskipun banyak rintangan yang kudapatkan, dan yang terbesar adalah ada didalam hatiku sendiri.
(Surabaya, 24 Mei 2008, mencoba belajar menulis)
3 comments:
sha, tulisanmu sederhana betul. jujur.
menurutku, kamu dah punya semangat yg baik tuk menulis. hanya harus lebih teliti menggunakan kosakata dan frase.
gini, jika tak keberatan, aku mau berbagi ilmu nulis padamu. silah buat tujuh kata acak. apa aja. kirim ke no hp-ku. nanti liat hsilna...
itu kalo mau loh...
ceritamu sederhana betul ya bahasanya. jujur. menurutku, kamu punya kemampuan menulis yg baik. hanya masih ada penggunaan kata yg tak tepat, juga frase yang tak tepat guna. tapi tenang aja, banyaklah membaca. pasti sembuh d.
o iya, jika tak keberatam, aku mau bagi iLmu nuLIs. siLah kamu bikin tujuh kata acak. apa aja. kirim ke no hp-ku. nanti tunggu hasiLnya...
ceritamu sederhana betul ya bahasanya. jujur. menurutku, kamu punya kemampuan menulis yg baik. hanya masih ada penggunaan kata yg tak tepat, juga frase yang tak tepat guna. tapi tenang aja, banyaklah membaca. pasti sembuh d.
o iya, jika tak keberatam, aku mau bagi iLmu nuLIs. siLah kamu bikin tujuh kata acak. apa aja. kirim ke no hp-ku. nanti tunggu hasiLnya...
Post a Comment