GADIS PANTAI

Judul : Gadis Pantai, 2002
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara, 2003
Tebal : 207 hal
Entah kenapa aku memilih buku ini, yang pasti Pramoedya adalah salah satu pengarang favoritku dan feminisme adalah topik favoritku. Buku ini lebih banyak menceritakan tentang keadaan Indonesia pada jaman penjajahan dari sudut pandang tokoh bernama Gadis Pantai. Tidak disebutkan secara detil siapa tokoh yang disebut dengan gadis pantai ini, namun disisi lain Pramoedya secara detil menggambarkan bagaimana kondisi rakyat Indonesia saat itu lengkap dengan budaya khasnya.
Kehidupannya berubah drastis ketika saat itu, tanpa tahu sebabnya riba-tiba dia dibawa ke sebuah rumah pendopo di kota, dikawinkan, meski saat dikawinkan dia tak menjumpai calon suaminya, yang saat itu diwakili oleh sebilah keris. Dan kehidupan barunya dia tinggal di rumah seorang bendoro (sebutan untuk suaminya). Disitu dia tak lagi bebas melakukan apa yang dia sukai, berkata dan bertindak pun semuanya serba ada aturannya. Untuk menemui suaminya pun tdak diperbolehkan, kecuali apabila suaminya yang meminta.
Memang sejak tinggal dirumah bendoro, kesejahteraannya meningkat, dia tak lagi berlari lari mengambil ikan dari perahu bapaknya tetapi sekarang dia belajar membatik. tak lagi menjemur ikan dan menumbukknya menjadi terasi. tetapi hanya duduk terdiam dan menunggu entah apa dia tak tahu. Tetapi disini dia bisa makan, makanan yang sudah disediakan dan ketika pulang ke rumah bapaknya dia mampu membawakan banyak makanan dan benda benda untuk mereka.
Sampai suatu saat datanglah pelayan baru bernama Mardinah, yang ternyata adalah utusan dari Bendoro Putri Kabupaten Demak, yang ternyata mempunyai niatan untuk merebut suami gadis pantai. Sebetulnya gadis pantai sendiri sudah menyadari bahwa suatu saat dia akan dibuang oleh suaminya, seperti halnya istri istri yang terdahulu, apabila Sang Bendoro sudah tidak berkenan lagi, dia akan menceraikan istrinya dan meminta meninggalkan anaknya disitu. Dan dengan segala upaya, akhirnya gadis pantai mampu menggagalkan niat buruk dari Mardinah.
Namun ketika akhirnya dia melahirkan anak perempuan, apa yang dia bayangkan terjadi. Bendoro tak mau menemuinya lagi, dan disuatu saat tiba-tiba Bapaknya datang dari kampung dan membawanya pulang, karena dia sudah diceraikan oleh bendoro tanpa alasan apapun.
Cerita sejarah tentang keadaan masyarakat Indonesia tempo dulu sangatlah banyak, namun satu hal yang masih tersisa sampai sekatang, adalah bagaimana masyarakat memandang seorang perempuan. Gerakan emansipasi wanita memang sudah dimana-mana, namun dalam kenyataannya masih banyak yang memandang kecil kaum wanita. Didaerah daerah pelosok, masihlah ada perempuan muda yang tak mengenal pendidikan dan menikah karena kepentingan pribadi, sebagai orang tua mereka hanya berpikir, mempunyai anak perempuan adalah beban dan dengan menikahkan berarti lepas sudah beban itu dan beralih pada seseorang yang ditunjuk sebagai suaminya. Dan apabila suami tersebut sudah bosan, berhak untuk menceraikan atau mencari istri yang lain. Kemudian apa hak istri??. Potret Gadis Pantai dalam buku karya Pramoedya ini sebagai bentuk gambaran perlakuan suatu jaman pada seorang wanita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

1 comments:

Anonymous said...

Buku yang menarik, kemaren aku dapat beli dengan harga 10 rb. klu di toko-toko biasanya masih 50 rb.
skrag lagi kubaca.
what ever, terimakasih udah dibuat resensinya. Mbak Wi2d. ^_^