BRAIN'S EMOTIONAL MEMORY BANK

Ketika aku membaca buku ESQ-Emotional spiritual Quotation karya Ari Ginanjar Agustian, ada satu istilah yang membuatku tertarik untuk mencari informasi lebih banyak. Dan kebetulan istilah ini ada hubungannya dengan diriku juga. Yaitu istilah ‘amigdala’. Disebutkan di buku ini bahwa Amigdala adalah struktur yang memainkan peranan sangat penting dalam situasi darurat emosi, yang merupakan brain’s emotional memory bank – tempat menyimpan semua kenangan kejayaan ataupun kegagalan, harapan dan ketakutan, kejengkelan dan frustasi. (Agustian, 2001:282)
Mengapa aku tertarik dengan istilah, mungkin bisa kujelaskan sedikit disini. Sepanjang aku mengenal diriku, dan juga pendapat dari orang – orang yang mengenalku, aku adalah tipikal orang yang cukup sensitive, buatku disini ada dua arti kata sensitive, dalam arti positif yaitu peka terhadap situasi ataupun dalam arti negative berarti mudah tersinggung. Di dua hal ini aku berada, sampai – sampai kalau aku mendengar, melihat ataupun membaca tentang hal-hal yang menyedihkan langsung spontan keluar air mata (hehehe…cengeng). Sama hal nya dengan mengingat. Kalau aku mengingat hal-hal masa lalu yang menjengkelkan meskipun itu sudah lewat bertahun tahun, masih juga merasa jengkel dan muncul emosi ataupun hal hal yang menyedihkan meskipun itu sudah lewat lama, masih juga merasa sedih apabila mengingatnya. Itulah sebab aku mencari tahu tentang hal tersebut, dengan harapan agar lebih mudah mengontrol emosi emosi yang negative.
Menurut Joseph Ledoux dalam penelitiannya di Centre of Neural Science, New York, amygdala adalah komponen utama penghasil emosi, bentuknya menyerupai kacang almond sehingga kenapa disebut dengan Amigdala dalam bahasa Yunani. Didalam susunan otak, manusia mempunyai dua amigdala yang ukurannya sedikit lebih besar dari ukuran primata lainnya.
Amigdala adalah bagian otak yang berfungsi untuk menyimpan ingatan yang berkaitan dengan emosi. Cara kerjanya, amigdala akan memindai semua informasi yang masuk melalui panca indra, melalui pertanyaan yang sangat sederhana seperti: “Apakah ini sesuatu yang sangat dibenci ? ditakuti?..” apabila jawabannya ya, amigdala akan mengirimkan sinyal siaga ke seluruh bagian otak. Ketika terjadi suatu kejadian yang memicu emosi, misalkan takut, yang terjadi adlah amigdala mengirim pesan keseluruh bagian otak sehingga memicu dikeluarkannya hormone yang berkenaan mulai dari muculnya reaksi paling dasar dari system, mensiagakan otot dan lainnya. Selain itu amygdala juga memicu dikeluarkannya neurotransmitter norepinephrine untuk meningkatkan reaksi dari area utama otak, sehingga panca indra menjadi lebih siaga. amygdala juga mengirim pesan ke batang otak sehingga memunculkan ekspresi takut, ketegangan, meningkatkan laju detak jantung yang meninggikan tekanan darah dan membuat nafas menjadi lebih cepat dan dangkal. Penelitian yang dilakukan oleh LeDoux mengindikasikan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca indra terpecah menjadi dua jalur. Satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo cortex, sementara jalur yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus ke amygdala terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex. Sebagai ilustrasi pada tikus, rute antara thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang dibandingkan rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih cepat (sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali keseluruhan informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex dibandingkan ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut adalah prefrontal lobes. Ketika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan, prefrontal lobes melakukan penimbangan untung-rugi atas respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya sangat terbatas, lawan atau lari. Pada manusia alternatif responnya bisa lebih banyak, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti amygdala, ketiadaan prefrontal lobes membuat individu tidak memiliki aspek emosional pada hidupnya.
Emosi dan memori saling mempengaruhi satu sama lain, artinya emosi dapat mendatangkan kembali memori tertentu dan sebaliknya memori juga dapat memicu emosi tertentu. Hal ini tentunya mengindikasikan betapa strategisnya peranan emosi pada keberhasilan pembelajaran individu. Untuk menjamin keberhasilan belajar siswa, contohnya, ia perlu dibekali dengan kemampuan mengenai manajemen emosi (lebih besar konteksnya dibandingkan hanya sebatas pengendalian emosi).
Jika ditinjau dari segi anatomi otak, bagian yang berhubungan langsung dengan fungsi memori adalah hippocampus. Hippocampus memainkan peranan yang sangat signifikan dalam pembentukan memory faktual. Pada pengalaman keseharian, hippocampus adalah bagian yang membuat anda mengenali wajah teman anda, si Rudi. Sementara amygdala yang menambahkan unsur emosi atas memori tersebut; betapa anda membenci si Rudi.Peranan amygdala, yang menambahkan unsur emosional pada memori tertentu, membuat memori tersebut lebih tahan lama. Itulah sebabnya mengapa pengalaman yang emosional mudah diingat.
Otak ternyata memiliki dua sistem memori, memori faktual dan memori emosional. Memori faktual berkenaan dengan informasi yang tidak memicu munculnya emosi tertentu pada diri individu, sebatas dry facts. Misalnya informasi mengenai hari Soempah Pemoeda, tanggal 28 Oktober 1928. Adapun memori emosional sangat berkenaan dengan informasi yang dapat memicu munculnya (kembali) emosi tertentu yang dulu pernah anda alami.
Ketika terdapat satu elemen dari pengalaman saat ini yang serupa dengan satu elemen dari pengalaman masa lalu, secara otomatis amygdala mengidentifikasi seolah kedua pengalaman tersebut identik. Hal ini menjelaskan mekanisme kerja emosional anchoring/anchor. Artinya ketika individu mendapati satu komponen pengalaman masa lalu pada masa sekarang, maka hal itu akan memicu amygdala untuk secara asosiatif memunculkan kembali seluruh pengalaman masa lampau. Dan inilah pula yang menjelaskan mengapa anda bisa menangis atau marah-marah saat ketika melewati suatu jalan tertentu.
Lebi lanjut, para peneliti dari Universitas California yaitu James McGaugh dan Larry Cahill melakukan studi penting yang menunjukkan bagaimana emosi berkaitan dengan peningkatan dan penguatan memori dan kemampuan belajar. Professor pendidikan dari Universitas Oregon, Robert
Sylwester juga mengemukakan bahwa emosi sangat penting bagi proses pendidikan karena emosi menarik dan mendorong proses belajar dan penguatan memori. Jangan pernah memisahkan emosi dari aktivitas-aktivitas penting kehidupan karena sama dengan memisahkan dua sisi mata uang.
Itulah sebabnya mengapa begitu penting bahwa kita sebagai pembelajar, belajar bagaimana mengendalikan dan menguasai keadaan pikiran, dan bagaimana mengajar anak-anak anda
tentang bagaimana mengetahui, mengenal, dan mengendalikan emosi harus menjadi bagian dari pembelajaran di rumah masing-masing.
Soerabaja, 20-06-2010
/span>

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments: